Contoh
Kasus Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat
50
Ribu Rakyat Miskin Bunuh Diri
JAKARTA– Kemiskinan di negeri ini sudah luar biasa.
Jumlahnya mencapai ratusan juta orang, meski versi pemerintah sekitar Rp29 juta
orang. Tragisnya, akibat kemiskinan, jumlah rakyat tak mampu yang bunuh diri
terus bertambah. Hingga saat ini, kata Guru Besar Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti A Prayitno, sudah mencapai sekitar 50 ribu orang.
Kenapa
dan apa penyebab mereka bunuh diri? “Penyebab utama karena kemiskinan. Dan
rakyat menjadi sangat miskin karena uang negara disikat pejabat-pejabat
‘maling’. Juga karena wakil rakyat plesir terus, dan kegiatan ini menghabiskan
uang negara,” kata Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Drs. Andarus Darahim,
MPA menjawab Harian Terbit, Jumat pagi (23/11).
Menurutnya,
bunuh diri juga disebabkan kepercayaan diri semakin rendah, terhimpit dengan
persaingan hidup ditambah lagi banyak hak-hak orang miskin diambil oleh orang
kaya, pejabat dan pemimpin lainnya. Para pemimpin dan wakil rakyat saat ini
sedang berfoya-foya di tasa penderitaan rakyat miskin.
“Dengan
adanya persaingan tersebut banyak orang miskin yang putusa asa lalu memilih
bunuh diri. Sementara biaya pelesiran anggota DPR ke luar negeri lebih besar
daripada untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia,” kata Andarus kepada
Harian Terbit, Jumat (23/11).
Menurutnya,
persaingan seperti itu tentu saja akan berpengaruh terhadap psikologis
seseorang. Semua itu bisa terjadi karena moral bangsa saat ini mulai pudar yang
ditambah lagi reformasi yang amburadul.
“Penanaman
moral perlu juga diberikan kepada pemimpin bangsa, sehingga bisa peduli kepada
nasib rakyat miskin. Kadangkala para peminpin tidak sesuai antara ucapan dan
perbuatan. Tentu saja hal itu munafik dan berarti lebih buruk daripada kufur,”
tegas Andarus.
Dihubungi
terpisah, pengamat ekonomi UGM Sri Adiningsih dan pengamat politik UI, Budyatna
mengatakan sebenarnya penduduk miskin di Indonesia masih cukup banyak. Tapi
pemerintah memakai kriteria penduduk miskin hanya dengan pengeluaran Rp
200.000/hari/jiwa sehingga orang miskin pada 2012 tercatat hanya 29.130.000
atau 11,96% dari jumlah penduduk.
Budyatna
mengatakan dilihat dari pendapatan perkapita kita cukup baik tapi penduduk
miskin masih banyak, masih ratusan juta, maka dapat disimpulkan orang kaya
bertambah kaya sementara orang miskin tidak ada perbaikan signifikan bahkan
tambah banyak.
KELUARGA
SOID
Salah
satu keluarga yang mencoba bunuh diri karena miskin, Soid (71) warga Kota
Tangerang Selatan (Tangsel), begitu miris. Kakek renta dan tidak mampu ini
masih harus mengurus anak dan istrinya yang lumpuh. Ia tinggal di rumah
berukuran 100 meter persegi ta jauh dari RSUD dan rumah Walikota Tangsel.
Karena
miskin dan tak mampu biayai istri dan anaknya yang lumpuh, Soid pernah mengajak
anggota keluarganya bunuh diri, namun niat itu dibatalkannya. “Pernah suatu
ketika, saya merasa sangat putus asa dan hendak bunuh diri. Dia mengajak, istri
dan anaknya meminum racun serangga bersama-sama. Tetapi untungnya saya sadar.
Saya tetap harus bertahan, saya tetap ingin bersama anak dan istri saya,”
ujarnya seperti dilansir SindoNews.com.
Guru
Besar Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti A Prayitno mengatakan, faktor penyebab
orang nekat bunuh diri karena kemiskinan yang terus bertambah, mahalnya biaya
sekolah dan kesehatan, serta penggusuran. Semua itu berpotensi meningkatkan
depresi akibat bertambahnya beban hidup. “Dengan demikian faktor bunuh diri di
Indonesia lengkap sudah,” ujar Prayitno.
Menurut
Prayitno, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health
Organization sedikitnya 50 ribu orang Indonesia bunuh diri. Jumlah kematian itu
belum termasuk kematian akibat overdosis obat terlarang yang mencapai 50 ribu
orang setiap tahun.
Pendapat:
Peristiwa tersebut
sudah sangat sering terjadi di Indonesia, dan untuk menghilangkannya pasti
sudah sangat susah apalagi kalau ditambah dari segi pemerintahan kita yang
kurang baik. Mungkin kita harus memulainya dari generasi selanjutnya yaitu
dengan dengan
à Menciptakan
lapangan kerja. Jangan pernah mengklaim ekonomi berkinerja baik apabila baru
sekadar menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran, bukan menyelesaikan masalah
pengangguran dan kemiskinan.
à Dengan
pendidikan, manuisia bisa pintar, dengan kepintarannya, manusia kreatif,
enofatif, untuk berusaha, dengan berusaha ia sudah membuka lapangan kerja baru,
sehingga Indonesia yang subur ini bisa dimanfaatkan oleh orang pintar, yang
sebaik-baiknnya.contoh Negara Jepang.
à Mengurangi
kebocoran anggaran pemerintah.
à Mengikuti
pola Thailand, dengan sistem Politik damping terhadap hasil pertanian, karena
masyarakat kita, banyak bergelut dalam bidang agraris.
sumber
: harianterbit.com
0 komentar:
Posting Komentar